Prihatin, Gas dari Kepri Diutamakan Ekspor ke Singapura Dibanding Kebutuhan ke Batam

07-12-2023 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI Asman Abnur (kanan) saat mengikuti pertemuan Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, Rabu (6/12/2023). Foto: Ayu/nr

 

PARLEMENTARIA, Batam - Anggota Komisi VII DPR RI Asman Abnur prihatin dengan kondisi gas Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau, yang lebih dominan diekspor ke Singapura. Padahal, posisinya ke Batam notabene hanya berjarak beberapa kilometer saja.

 

“Kita tahu Batam dan Singapura hanya berjarak sekitar 18 kilo meter. Cuman sayangnya potensi gas kita ini untuk Batam masih sedikit dibanding ke Singapura. Seharusnya, Batam yang harus diutamakan dibanding Singapura. Sehingga kawasan Batam ini bisa menjadi alternatif Singapura untuk berinvestasi,” ujar Asman, saat Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, Rabu (6/12/2023).

 

Politisi dari Fraksi PAN ini menjelaskan bahwa sebelumnya ada keinginan dari Singapura untuk berinvestasi di Batam, Indonesia, mengingat keterbatasan infrastruktur di negerinya. Namun, sayangnya, hal itu tidak jadi direalisasikan alias dibatalkan, karena Indonesia malah “menyediakan” fasilitas yang dibutuhkan Industri Singapura. Sehingga Industri negara tetangga tersebut kembali bangkit dan tumbuh, tanpa harus berinvestasi di Batam. Padahal, hal tersebut sejatinya merugikan Indonesia.

 

“Yang terpenting bahan bakunya (gas) kan kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri”

 

“Kalau kita perkuat Singapura-nya dengan harga yang murah dan gas yang Natuna masih dengan harga yang lama, mereka tidak akan membuat industrinya di Batam. Itu saja yang membuat saya sangat prihatin,” tambah Politisi Fraksi PAN ini.

 

Oleh karena itu, menurut legislator dapil Kepulauan Riau ini, sudah saatnya pengambil kebijakan bersikukuh untuk tidak perlu lagi membuat tumbuh Industri di Singapura lewat ekspor gas Indonesia. Sehingga, Batam bisa merasakan nilai tambahnya. Apalagi, pertumbuhan industri Batam saat ini sekitar 16 persen di atas rata-rata nasional. Artinya terjadi peningkatan kebutuhan gas dan listrik oleh Industri di Batam, belum lagi peningkatan kebutuhan gas rumah tangga.

 

“Terkait harga (gas), itu tergantung dari kebijakan pemerintah. Kalau harga di Singapura lebih mahal, ya sudah Kita sesuaikan dengan yang di Batam. Yang terpenting di sini bahan bakunya kan kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri, dalam hal ini Batam terlebih dahulu. Terlebih lagi, sekitar Kepulauan Riau, Bintan juga memiliki industri, Kawasan Ekonomi Khusus yang butuh support dari gas dan listrik yang cukup tinggi,” pungkasnya. (ayu/rdn)

BERITA TERKAIT
Program MBG Diluncurkan: Semua Diundang Berpartisipasi
06-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Gizi Nasional dijadwalkan akan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ini, Senin, 6 Januari 2025....
Komisi VII: Kebijakan Penghapusan Utang 67 Ribu UMKM di Bank BUMN Perlu Hati-Hati
04-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay menyoroti rencana pemerintah yang akan menghapus utang 67 ribu...
Pemerintah Diminta Tingkatkan Daya Saing Produk UMKM dan Ekonomi Kreatif Indonesia
03-01-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini dituntut untuk menata dan...
Dina Lorenza Dukung Kenaikan PPN: Harus Tetap Lindungi Masyarakat Menengah ke Bawah
24-12-2024 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza mendukung rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen...